KERAGAMAN BUDAYA MEDAN

 Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah yang bertema “Keragaman Budaya Medan” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 13 Maret 2013
 
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Masyarakat dan Budaya
2.2  Bahasa
2.3  Tarian
2.4  Seni dan Budaya
2.5  Kerajinan
2.6  Kuliner
2.7  Pariwisata
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sebagai ibukota dari provinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia, Medan merupakan campuran yang sempurna dari beberapa suku dan budaya, karena di kota ini terdapat beberapa suku seperti Aceh, suku Padang, suku Melayu dan suku Batak. Demikian pula keturunan cina banyak berdiam di kota ini sejak zaman Belanda, menyebabkan kota ini semakin kaya dengan budayanya.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Medan, Sumatera Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya disana, tetapi itu tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kekayaan budaya yang dimiliki Sumatra utara baik dari segi Bahasa, Seni dan Budaya, Tarian, Kerajinan, Makanan khas dan lain sebagainya. Juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Masyarakat dan Budaya
Medan memiliki penduduk yang padat dan merupakan tempat yang eksotis untuk dikunjungi khususnya jika anda menyukai alam flora dan fauna. Pada zaman Belanda, Medan masih merupakan daerah kekuasaan Sultan Deli. Suku Melayu yang ada di Indonesia berasal dari kota Medan dan daerah sekitarnya. Suku ini banyak memiliki kesamaan budaya dengan bangsa Melayu di tanah Malaysia sekarang , karena berasal dari rumpun yang sama.
Di Medan juga banyak suku etnis dari seluruh Indonesia yang datan untuk berbisnis. Kota ini juga rumah bagi warga keturunan Cina dan India yang cukup mendominasi. Daerah yang sangat indah di Sumatera Utara adalah sekitar Danau Toba, di sini hidup masyarakat Batak yang dibagi menjadi enam budaya, masing-masing memiliki bahasa, upacara, dan tradisi yang berbeda. Meskipun terisolasi secara geografis tetapi orang Batak memiliki riwayat hubungan dengan dunia luar.  Hubungan perdagangan antara dataran tinggi dan daerah lain pun berjalan baik yaitu pertukaran barang seperti garam, kain, dan besi, lalu yang diimpor ke wilayah ini seperti  emas, beras dan cassia (jenis kayu manis).
Orang-orang Eropa yang pertama berdagang ke wilayah Batak adalah misionaris, mereka menjelajahi daerah pedalaman terpencil pada akhir abad ke-18. Misionaris tersebut mengabarkan bahwa masyarakat lokal wilayah ini kanibalisme.  Sebelumnya awal abad ke-9, sebuah teks Arab menyebutkan bahwa penduduk Sumatera itu memakan daging manusia. Namun, saat ini para antropologi percaya bahwa hal ini adalah bentuk hukuman yang langka dan mungkin nampak biasa saja bagi orang Batak. Banyak orang Batak yang menyimpan tulang nenek moyang mereka yang disalah artikan oleh orang luar sebagai kanibalisme mengerikan.
2.2    Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu Dialek "E" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa.
Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas 4 logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba).
2.3  Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Yang termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira.
Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.
Tari Tor-Tor
2.4     Seni dan Budaya
2.4.1  Musik
Musik yang biasa dimainkan cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.
2.4.2 Arsitektur
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen. Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Rumah adat suku bangsa Batak bernama Ruma Batak. Berdiri kokoh dan megah dan masih banyak ditemui di Samosir.
Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh dan lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat). Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.
2.2          Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Kain Ulos
2.6 Kuliner
Makanan Sumatra terkenal dengan rasanya yang pedas begitu juga Medan, Sumatra Utara. Bila Anda berada di kota ini, cobalah masakan lokal seperti Nasi Ayam, Kweetiaow medan, dan lain-lain. Sebagian besar hidangan di sini dipengaruhi oleh budaya Melayu, Cina, dan India.
Masakan khas masyarakat Batak yang patut anda cicipi adalah, Arsik, ikau rata (daun singkong muda dimasak dengan campuran santan dan ikan teri) dan naniura (ikan mas mentah dengan campuran bumbu khusus dan perasan jeruk nipis). Sedangkan di Berastagi, pastikan Anda mengunjungi pasar tradisional dan tersedia  buah-buah eksotis. Segelas sirup markisa khas daerah ini akan melepaskan dahaga Anda dan dapat dikonsumsi panas atau dingin. Ini juga dapat menjadi oleh-oleh yang sempurna untuk orang yang Anda cintai.
Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas juga panas. PASITUAK NATONGGI atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya Tuak atau nira dengan kehidupan mereka.
2.7    Pariwisata
Sumatera Utara, sebuah provinsi yang ramai dikunjungi orang bukan hanya karena ibukotanya, Medan, adalah salah satu dari lima kota terbesar di Indonesia, namun juga karena kekentalan adat dan budaya penduduk aslinya. Provinsi yang dihuni oleh berbagai etnis ini tentu saja menarik minat khalayak ramai untuk mengenal adat, budaya, sejarah serta panorama yang terbentang di sana. Berikut ini adalah beberapa tempat wisata yang layak untuk dikunjungi.
1.     Istana Maimun
Ikon kota Medan ini dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun 1888. Didesain oleh arsitek berkebangsaan Italia, Istana Maimun memiliki desain interior yang unik dan mencerminkan perpaduan warisan budaya khas Melayu, Eropa dan Islam. Dengan luas sekitar 2.772 m2, istana bernuansa serba kuning ini memiliki 30 ruangan di dalamnya. Di dalam balairung seluas 412m2 terdapat singgasana yang juga didominasi warna kuning. Dahulu ruangan ini kerap digunakan untuk upacara penobatan Sultan Deli atau acara adat lainnya.
2.    Brastagi
Kurang lebih 60 kilometer dari kota Medan terdapat Brastagi, sebuah obyek wisata di dataran tinggi Karo. Berada di sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut serta diapit oleh gunung Sibayak dan gunung Sinabung, Brastagi menyuguhkan panorama indah berupa lahan pertanian nan luas dan hijau. Brastagi merupakan penghasil sayur mayur dan buah-buahan terbesar di provinsi Sumatera Utara, selain juga menghasilkan berbagai jenis bunga.
Tidak jauh dari gunung Sibayak terdapat pemandian air panas. Sementara di kaki gunung Sinabung terdapat danau Lau Kawar. Kota berudara sejuk ini juga dikenal dengan julukan kota “Markisa dan Jeruk Manis”
3.    Danau Toba
Danau Toba adalah danau terbesar di Asia Tenggara, dengan luas sekitar 1.700 m2 dan kedalaman sekitar 450 meter. Sejarah mencatat bahwa danau ini merupakan hasil dari letusan gunung berapi kurang lebih 75.000 tahun yang lalu. Di tengahnya terdapat pulau Samosir, yang juga memiliki danau di dalamnya.
Bukit-bukit hijau yang mengelilingi danau yang mirip lautan ini, suasana damai, serta udara nan sejuk sudah tentu membuat Danau Toba menarik banyak wisatawan domestik mau pun manca negara setiap tahunnya. Danau Toba dapat dicapai dalam waktu sekitar 4 jam dari kota Medan.
4.    Desa Tomok
Di pesisir Timur pulau Samosir terdapat sebuah desa kecil bernama desa Tomok. Penduduk aslinya mencari nafkah dengan bertani, berdagang dan juga memanfaatkan obyek-obyek wisata di sana. Selain rumah adat Batak, di sana juga terdapat kompleks makam Raja Sidabutar dan benda-benda peninggalan jaman megatilik. Museum, gereja-gereja sederhana, berbagai patung dan sebuah resor juga menambah pesona Desa Tomok. Tidak mengherankan bila banyak wisatawan tertarik untuk mengunjungi situs ini untuk memperkaya pengetahuan, khususnya mengenai sejarah budaya Batak. Tidaklah sulit untuk mencapai desa ini karena lokasinya yang sangat dekat dengan dermaga penghubung ke Parapat, yaitu hanya sekitar 1 jam menggunakan feri.
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
         Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah.
         Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah Sumatera Utara.
3.2    Saran

Dilihat dari suku yang ada di Sumatra saja sudah menunjukkan betapa majemuk nya bangsa Indonesia. Tetapi tidak seharusnya kemajemukan atau perbedaan yang ada menjadi halangan untuk mewujudkan persatuan kesatuan bangsa Indonesia.itu seharusnya menjadi suatu kebanggaan bagi kita sebagai warga Negara Indonesia, dengan tetap mempertahankan kebudayaan yang sudah ada menjadi cambuk untuk menumbuhkan rasa dan semangat nasionalisme.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KETIKA BELANDA MENCIPTAKAN SI RAJA BATAK: Membaca Disain Besar Belanda dalam Melebur Non-Melayu Menjadi Batak

DARI SUNDALAND HINGGA DI NEGERI TOBA: Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika