Postingan

KERAGAMAN BUDAYA MEDAN

 Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah yang bertema “Keragaman Budaya Medan” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill). Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih. Depok, 13 Maret 2013   DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang 1.2  Tujuan Penulisan BAB II PEMBAHASAN 2.1  Masyarakat dan Budaya 2.2  Bahasa 2.3  Tarian 2.4  Seni dan Budaya 2.5  Kerajinan 2.6  Kuliner 2.7  Pariwisata BAB III PENUTUP 3.1  Kes...

KETIKA TOBA BERUBAH JADI BATAK

Gambar
KETIKA TOBA BERUBAH JADI BATAK Oleh: Edward Simanungkalit * Orang Toba Berdiam di Toba Na Sae Sejak kecil, penulis memahami diri sendiri sebagai Halak Toba atau Orang Toba pada paruh kedua tahun 1960-an. Itu yang penulis ketahui dari para orangtua di lingkungan penulis di saat berada di Kabupaten Dairi. Para orangtua sering berkata: “Anggo adat ni hita, halak Toba, asing do adatna tu adat ni dongan Pakpak manang dongan Karo.” i.e. : “Kalau adat kita, orang Toba, berbeda dengan adat dari saudara kita, Pakpak maupun Karo.”. Begitu kira-kira disampaikan, sehingga terlihat kontras antara Orang Toba dengan Orang Pakpak maupun Orang Karo, yang jelas memberikan identifikasi diri bahwa diri penulis adalah Halak Toba atau Orang Toba. Demikian juga, ketika penulis berada di daerah Karo, maka ketika menyebut marga penulis, maka Orang Karo menyebut penulis: “O’ kalak Tebba.” Begitu juga Orang Pakpak menyebut penulis: “Kalak Tebba”. Kedua perkataan ini artinya: “Halak Toba” atau “Orang Toba”. Jadi,...

KETIKA BELANDA MENCIPTAKAN SI RAJA BATAK: Membaca Disain Besar Belanda dalam Melebur Non-Melayu Menjadi Batak

Gambar
KETIKA BELANDA MENCIPTAKAN SI RAJA BATAK Membaca Disain Besar Belanda dalam Melebur Non-Melayu Menjadi Batak                                                                        Oleh: Edward Simanungkalit             Toba Na Sae merupakan daerah yang didiami Orang Toba sebagaimana dikemukakan oleh Sitor Situmorang di dalam bukunya: “TOBA NA SAE: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX” (2009:3-18). Toba Na Sae, yang dimaksudkan oleh Sitor Situmorang tersebut, meliputi daerah Samosir, Humbang, Toba Holbung, dan Silindung. Toba Na Sae ini disebut dalam bahasa Melayu: “ Negeri Toba ” sebagaimana dapat dilihat pada stempel Raja Singamangaraja XII yang berbunyi: “Maharaja di Negeri Toba ”. Di dalam buku: “SEJARAH RAJA-RAJA BARUS: Dua Naskah Dari Barus” (...